Penulis : Wawancara Tabloid Ibu & Anak dengan Dr. Chairulsjah Sp.OG
Saat hamil terkadang muncul rasa keras dan kram disekitar daerah
perut. Hal ini biasanya terjadi pada ibu hamil dan umumnya tidak
membahayakan, meski demikian tak berarti boleh dibiarkan sampai
menimbulkan rasa sakit berkepanjangan. Kalau intensitas dan
kekerapananya tinggi sebaiknya segera periksakan ke dokter jangan tunggu
sampai sakit.
Istilah kram perut sebenarnya tidak dikenal dalam medis, yang ada
adalah kontraksi dalam kehamilan. Keadaan ini adalah wajar yang
menandakan bahwa didalam rahim terdapat benda hidup lainnya. Kontraksi
ini merupakan reaksi fisiologis dari rahim secara periodic karena rahim
sedang berisi. Kontraksi mulai dirasakan sejak trisemester kedua
kehamilan. Dan umumnya terjadi sesekali saja. Jika menimbulkan rasa
sakit tetap harus diwaspadai karena kram yang berkelanjutan sampai sakit
bisa menyebabkan keguguran atau kelahiran premature.
Penyebab Kram
Rasa kram timbul disebabkan oleh gangguan asupan oksigen ke rahim
sehingga terjadi kekurangan oksigen. Jika asupan oksigen tidak lancer,
aliran darah pun menjadi tidak lancar. Inilah yang menimbulkan rasa
sakit.
Sebenarnya janin dalam perut dilingkupi oleh ari-ari sehingga saat
rahim berkontraksi darahpun terhambat alirannya ke dalam janin. Jika
intensitas dan frekuensi kontraksi cukup tinggi cadangan oksigen ari-ari
pun bisa berkurang atau bahkan habis.
Kontraksi dianggap normal ketika memasuki usia 37-40 minggu, yakni
minggu-minggu mendekati kelahiran. Bila kram perut sering muncul diusia
kehamilan kurang dari 20 minggu, di khawatirkan bisa menyebabkan
keguguran. Setiap kehamilan punya resiko untuk itu, terutama ibu hamil
dengan kelebihan berat badan maupun yang berat badannya sagat kurang.
Kontraksi yang masih dianggap wajar adalah berlangsuang sesaat saja atau
masih dalam hitungan 1-3 menit saja.
Ada cara mudah yang dianjurkan untuk mengurangi kram atau kontraksi
yang berlangsung yaitu dengan menghentiakn segala kegiatan yang sedang
dilakukan segera dan segeralah istirahat.
Gangguan asupan oksigen itu disebakan oleh berbagai factor yang salah
satunya adalah aktifitas ibu hamil yang berlebihan, karena kegitan yang
berlebihan dapat membuat daya serap oksigen lemah. Penyebab lain adalah
asupan gizi ibu hamil yang kurang bagus, sehingga ibu kekurangan energi
untuk mengantarkan darah dan oksigen ke rahim.
Terakhir yang menjadi penyebab adalah faktor emosi. Keadaan jiwa
seseorang saat hamil sangat mempengaruhi keseluruhan proses kehamilan.
Oleh karena itu stress dapat memicu gangguan asupan oksigen.
Bagaimana penanganannya
Dengan melakukan konsultasi dokter dan pemeriksaan CTG dan pemberian
obat-obatan untuk melebarkan pembuluh darah, selain itu ibu hamil
sebaiknya tidak terlalu banyak aktifitas karena akan menimbulkan
kelelahan dan ketegangan.
Gejala sakit perut kerap dialami oleh para ibu hamil. Namun, ada
juga gejala sakit perut yang tak normal bila terjadi saat kehamilan .
Mau tau seperti apa sakit perut yang normal dan tidak? Simak saja.
Normal
Selama bulan-bulan awal kehamilan, biasanya ibu akan mengalami perasaan
berat pada perut dan sedikit sakit, seperti saat menjelang haid. Ini
lebih dikarenakan pengaruh meningkatnya hormon progesteron dan relaxin,
yang membuat sambungan-sambungan tulang di sekeliling rahim agak
renggang. Namun ini seharusnya sudah menghilang pada saat kehamilan
berusia 10-12 minggu.
Tidak normal
Kram berat yang terjadi di salah satu sisi perut bagian bawah, di bulan
1-3 pertama kehamilan. Ini bisa jadi tanda kehamilan ektopik. Yakni, sel
telur yang sudah dibuahi menempel di luar rahim, biasanya di dalam
saluran fallopi dan embrio pun tumbuh di sini. Ini merupakan kondisi
darurat dan ibu mesti segera ke UGD, khususnya jika ibu mengalami
perdarahan atau flek berwarna kecoklatan, rasa sakit pada bahu di sisi
yang sama dengan bagian perut yang sakit atau merasa sakit saat
berhubungan seks.
Kram seperti saat haid, yang berlangsung beberapa jam. Ini bisa jadi
tanda-tanda awal keguguran. Jika ibu mengalami perdarahan berwarna merah
muda serta kontraksi yang kuat, teratur, dan terasa sakit, itu bisa
pertanda awal keguguran. Sayangnya, sekali proses keguguran berlangsung,
tak ada penanganan yang dapat menyelamatkan kehamilan. Hubungi dokter
atau bidan untuk meminta nasihat.
Pada bulan-bulan akhir kehamilan, rasa sakit yang parah di perut
bagian bawah yang tak hilang meskipun sudah istirahat mungkin bisa
pertanda ibu mengalami placental abruption, yakni lepasnya plasenta dari
dinding rahim. Ibu juga mungkin mengalami perdarahan. Ini juga kondisi
darurat dan ibu sebaiknya menghubungi dokter atau bidan secepatnya. (cy)
Keluar flek (bercak darah) dari vagina tentu membuat seorang ibu
hamil cemas dan bertanya-tanya, apalagi bila baru pertama kali
mengalaminya. Apakah flek tersebut adalah hal yang biasa saja? Ataukah
sebuah tanda bahaya?
Apa yang dimaksud dengan keluar flek?
Keluar flek (disebut juga spotting) adalah perdarahan ringan yang
bisa terjadi kapan saja pada saat hamil, terutama pada trimester
pertama. Sekitar 20% wanita hamil mengalami spotting pada trimester
pertama. Hal ini bisa jadi merupakan bagian alami dari kehamilan, namun
perlu dipastikan dahulu bahwa tidak terjadi komplikasi.
Perdarahan adalah tanda tersering dari keguguran, sehingga setiap
wanita hamil yang mengalami perdarahan dari vagina harus segera
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Yang dilakukan oleh Sita di atas
sudah tepat. Jika Anda mengalami perdarahan banyak atau nyeri hebat dan
tidak dapat segera menemui dokter/bidan, langsung datang ke Unit Gawat
Darurat (UGD) di rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Apa bedanya dengan perdarahan?
Jumlah darah yang keluar membedakan antara flek dengan perdarahan.
Keluar flek adalah keluarnya sedikit bercak darah dari vagina berwarna
merah atau kecoklatan, yang bisa jadi tidak sampai mengotori celana
dalam. Sedangkan perdarahan jumlahnya lebih banyak daripada flek, dan
mengotori celana dalam. Perdarahan jelas lebih serius daripada flek.
Keluar flek itu normal atau berbahaya?
Bagaimana membedakan keluar flek yang normal dan yang berbahaya?
Jawabannya tergantung dari kapan terjadinya, jumlah darah yang keluar,
lamanya, dan gejala lain (misalnya nyeri perut, keluarnya gumpalan darah
atau jaringan, pingsan, lemas, demam).
Flek darah yang dianggap normal adalah bila terjadi pada trimester
pertama, jumlahnya sedikit dan tidak berlangsung lama (kurang dari 1
hari), serta tidak ada gejala lain.
Apa penyebabnya?
Dengan mengetahui penyebab keluar flek/perdarahan saat hamil, Anda
dapat mengetahui gejala apa yang mesti dicari dan kapan meminta bantuan
kepada tenaga medis. Penyebab keluar flek/perdarahan berbeda pada setiap
trimester.
Perdarahan pada trimester pertama
Tidak selalu berarti ada masalah. Penyebab yang tidak berbahaya misalnya:
- Melekatnya sel telur yang sudah dibuahi ke dinding rahim. Hal ini
normal pada kehamilan. Jumlah darah yang keluar sangat sedikit.
- Perubahan hormon: Keluar flek yang disebabkan oleh perubahan hormon
saat hamil. Biasanya terjadi pada minggu-minggu awal kehamilan, tetapi
pada sebagian wanita dapat menetap sampai akhir kehamilan.
- Penyebab lain yang lebih serius pada trimester pertama yaitu:
- Keguguran: Perdarahan vagina merupakan tanda awal keguguran, disertai dengan nyeri perut.
- Blighted ovum: Walaupun dari pemeriksaan ultrasonografi (USG)
terlihat tanda-tanda kehamilan di dalam rahim, namun embrio gagal
berkembang sebagaimana mestinya.
- Kehamilan ektopik: Sel telur yang telah dibuahi menempel di luar
rahim. Yang tersering adalah menempel di Tuba Falopii, sehingga tidak
dapat berkembang karena kekurangan nutrisi. Tandanya antara lain nyeri
perut dan perdarahan. Perdarahan akibat kehamilan ektopik sangat
berbahaya karena bisa mengancam nyawa ibu.
- Kehamilan mola atau kehamilan anggur: Pada keadaan ini, plasenta
tidak terbentuk secara normal. Pada pemeriksaan USG dapat terlihat bukan
janin yang berkembang, tetapi jaringan abnormal.
Perdarahan trimester kedua dan ketiga
Berbeda dengan trimester pertama, Anda perlu waspada bila terjadi
perdarahan dari vagina pada trimester kedua atau ketiga karena biasanya
menandakan adanya hal yang abnormal. Penyebab perdarahan pada trimester
kedua atau ketiga antara lain:
- Luka pada leher rahim, misalnya akibat berhubungan seksual atau pemeriksaan dalam yang terlalu kasar.
- Penyakit pada vagina atau leher rahim, termasuk infeksi.
- Mioma di rahim.
- Penyebab yang lebih serius pada trimester kedua atau ketiga biasanya
karena kelainan plasenta, yaitu: plasenta previa. Plasenta terletak di
bagian bawah rahim sehingga menutupi mulut leher rahim. Tanda utamanya
adalah keluar darah berwarna merah yang tidak disertai rasa nyeri,
paling sering terjadi pada trimester ketiga.
- Abrupsio plasenta: Sebagian atau seluruh plasenta terlepas dari
perlekatannya pada dinding rahim. Darah yang keluar bisa sedikit atau
banyak tetapi selalu disertai dengan nyeri perut hebat, paling sering
terjadi pada trimester ketiga.
- Partus prematur: Terjadinya pelebaran leher rahim pada kehamilan 20-37 minggu, disertai dengan kontraksi rahim.
- Keguguran: Walaupun keguguran lebih banyak terjadi pada trimester
pertama, masih terdapat risiko keguguran pada trimester berikutnya.
Apabila perdarahan terjadi setelah usia kehamilan 28 minggu, segera
datang ke rumah sakit karena hal ini merupakan kedaruratan. Perdarahan
yang terjadi jumlahnya bisa banyak atau sedikit, dan disertai atau tanpa
nyeri perut. Jangan anggap remeh perdarahan ini karena perdarahan
adalah salah satu penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia.
Bagaimana mencegahnya?
Bisa tidak ya kita mencegah supaya tidak keluar flek? Tentunya dengan
rajin kontrol ke dokter/bidan sejak awal kehamilan sehingga bisa
mendeteksi dini adanya kelainan. Hindari rokok dan narkoba karena
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan saat hamil, sekaligus juga
tidak baik bagi kesehatan Anda secara umum. Nah, apabila Anda mengalami
keluar flek saat hamil, tenangkan diri Anda, sekaligus tetap waspada
terhadap adanya tanda-tanda bahaya di atas.
Saatnya Pergi ke UGD
Anda perlu langsung pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) di rumah sakit jika mengalami tanda-tanda bahaya di bawah ini (baca juga
ini):
- Perdarahan yang banyak, atau nyeri perut dan kontraksi yang hebat
- Keluar flek atau perdarahan yang sudah berlangsung lebih dari 24 jam, dan Anda tidak dapat menghubungi dokter
- Pingsan, atau merasa sangat pusing dan lemas
- Perdarahan yang disertai demam di atas 38,5oC
Pada perdarahan trimester pertama, pertama kali dokter akan mencari
apakah terjadi kehamilan ektopik, namun pada perdarah-an trimester
berikutnya dokter akan terlebih dulu meyakinkan apa-kah keadaan Anda
stabil atau tidak akibat kehilangan darah. Selain pemeriksaan fisik,
dilakukan juga pemeriksaan laboratorium dan USG, tergantung dari kondisi
Anda saat itu.